Friday, February 27, 2009

Puisi untuk Kaimana


Rekan-rekan pengunjung blog ini. Saya minta maaf karena menghilang hampir dua bulan tanpa posting tulisan. Sebabnya adalah saya sedang melakukan ekspedisi untuk penelitian sejarah di Kaimana Papua sejak akhir Desember 2008 hingga pertengahan Februari 2009. Oleh karena itu, sebagai kompensasi, saya hadiahkan sesuatu untuk anda. Catatan renungan tentang Kaimana...


Kaimana
Di mana bisa kutemukan jejak waktumu?
Pada siapa ku bertanya tentang pelaut yang menjaga senja dan pantaimu?
Mari kita bicara laut yang telah menikam jiwa para habib dan raja.
Laut yang telah mempertemukanmu pada dunia.
Siapa yang pertama datang, meminangmu, dan membayar harta?
Adakah dia datang dari Mairasi atau Arguni?
Adakah dia datang dari Kamrau atau Teluk Berau?
Mengapa kita tak lagi dengan bangga mengingat ipar-ipar dari Geser dan Gorom?
Kaimana itu muara pertemuan cinta dari kepala air dan harapan dari Laut Arafuru.
Kaimana itu pondok singgah bagi yang rindu, lapar, dan berani.
Dia bukan hanya milikmu tapi harta bersama laut, pantai dan gunung.
Karena ipar dari gunung sudah bersua dan bercinta dengan laut di pantaimu.
Kaimana itu jejak waktu kearifan Ombaier, medan perdamaian Aituarauw, dan doa syukur Daud Alhamid...
Mari, ulurkan tangan, teteskan keringatmu, dan tatap masa depanmu.
Kita tanam kelapa di pulau-pulau, pala di dusun-dusun, dan sagu di kepala air.
Kita bikin sinara agar rindu, cinta, dan kerja menjadi jiwa bersama.

Kaimana, 2009.